Recents in Beach

Pengalaman Mesum Bersama Cerry

Cerita Seks Panas - Pengalamanku saat bermain berempat dengan Cerry dan keponakannya, Jenny membuat Thomas penasaran. Agaknya ia mendengar dari Cerry bagaimana Jenny dan aku bermain begitu rupa, hingga ia yang pernah juga main dengan Jenny dan Cerry, suatu ketika meminta istrinya untuk mengajak Jenny dan aku bermalam di rumah mereka. Karena Jenny mau ujian semester selama dua minggu, kami tidak mengusiknya. Kesempatan kami untuk bertemu terjadi pada suatu malam minggu setelah Jennyi selesai ujian.


Cerry dan Thomas menyiapkan jamuan makan mewah, sebab masakan yang dipesan dari salah satu restoran mahal di bilangan Jakarta ini. Dengan mengenakan celana panjang coklat tua dan kaos berleher berwarna coklat muda, aku tiba di rumah mereka pukul 18 dan melihat Jenny telah ada di sana.


Thomas mengenakan celana panjang hitam dan hem biru muda bertangan pendek. Cerry mengenakan gaun warna biru muda, seperti warna hem suaminya, agak ketat membungkus tubuhnya yang seksi, gaun itu tergantung di pundaknya pada dua utas tali, sehingga memperlihatkan sebagian payudaranya.

Jenny tak ubahnya seorang putri, memakai gaun berwarna merah muda, ketat menampilkan lekuk-lekuk tubuhnya yang menggairahkan, juga dengan belahan dada agak rendah dengan potongan setengah lingkaran. Keduanya seolah-olah ingin menunjukkan keindahan payudaranya di depanku dan Thomas untuk menyatakan payudara siapa yang paling indah. Payudara kedua perempuan itu memang tidak terlalu besar, tetapi cukup merangsang buatku.

Milik Cerry lebih kecil sedikit daripada milik Jenny. Hal itu sudah kubuktikan sendiri ketika mencoba menelan payudara keduanya. Payudara Jenny masih tersisa lebih banyak daripada payudara Cerry, waktu kuisap sebanyak-banyaknya ke dalam mulutku.

Kami berempat duduk di ruang makan menikmati jamuan yang disediakan tuan rumah. Hidangan penutup dan buah-buahan segar membuat kami sangat menikmati jamuan tersebut.

Dari ruang makan, kami beranjak ke ruang keluarga. Cerry menyetel musik klasik, sedangkan Thomas mengambil minuman bagi kami, ia menuangkan tequila buat Cerry dan Jenny, sedangkan untuknya dan aku, masing-masing segelas anggur Prancis, agak keras kurasa alkoholnya. Rona merah membayang pada wajah mereka bertiga, dan kupikir demikian juga denganku, akibat pengaruh minuman yang kami teguk.

Percakapan kami yang semula ringan-ringan di seputar kerja dan kuliah Jenny makin beralih pada hal-hal erotis, apalagi waktu Cerry melihat ke arahku dan berkata, “Wah, pengaruh anggur Prancis sudah membangunkan makhluk hidup di paha Agus. Lihat nggak tuh Sin?” Jenny menengok ke bagian bawah tubuhku dan membandingkan dengan Thomas, “Lho, yang satu ini pun sudah mulai bangkit dari kubur, hi… hi….hi…”

Jenny yang duduk di dekatku menyenderkan kepalanya pada bahu kananku. Cerry mengajak suaminya berdiri dan berdansa mengikuti irama lagu The Blue Danube-nya Strauss. Entah pernah kursus atau karena pernah di luar negeri, mereka berdua benar-benar ahli melakukan dansa.


Setelah lagu tersebut berlalu, terdengar alunan Liebestraum. Thomas melepaskan pelukannya pada pinggang Cerry dan mendekati Jenny, lalu dengan gaya seorang pangeran, meminta kesediaan Jenny menggantikan Cerry menemaninya melantai, sementara Cerry mendekatiku.

Aku yang tak begitu pandai berdansa menolak dan menarik tangan Cerry agar duduk di sampingku memandang suaminya berdansa dengan keponakannya. Rupanya Jenny pun tidak jelek berdansa, meskipun tak sebagus Tantenya, ia mampu mengimbangi gerakan Thomas.

Saat alunan lagu begitu syahdu, mereka berdua saling merapatkan tubuh, sehingga dada Thomas menekan payudara Jenny. Di tengah-tengah alunan lagu, wajah Thomas mendekati telinga Jenny dan dengan bibirnya, ia mengelus-elus rambut di samping telinga Jenny dan dengan kedua bibirnya sesekali cuping telinga Jenny ia belai. GadisBokep

Tatapan Jenny semakin sayu mendapati dirinya dipeluk Thomas sambil dimesrai begitu. Lalu bibir Thomas turun ke dagu Jenny, menciumi lehernya. Kami dengar desahan Jenny keluar dari bibirnya yang separuh terbuka. Lalu ia dengan masih berada pada pelukan Thomas di pinggangnya, mengarahkan ciuman pada bibir Thomas. Mereka berpagutan sambil berpelukan erat, kedua tangan Thomas melingkari pinggul Jenny, sedangkan kedua tangan Jenny memeluk leher Thomas. Permainan lidah mereka pun turut mewarnai ciuman panas itu.

Thomas lalu membuka gaun Jenny hingga terbuka dan melewati kedua pundaknya jatuh ke lantai. Kini Jenny hanya mengenakan kutang dan celana dalam berwarna merah muda. Tangan Jenny ikut membalas gerakan Thomas dan membuka hemnya,

kemudian kulihat jari-jarinya bergerak ke pinggang Thomas membukai ikat pinggang dan risleting celana Thomas. Maka terlepaslah celana Thomas, ia hanya tinggal memakai celana dalam. Lalu jari-jari Jenny bergerak ke belakang tubuhnya, membuka tali kutangnya, hingga menyembullah keluar kedua payudaranya yang Jennyl.

Keduanya masih saling berpelukan, melantai dengan terus berciuman. Namun tangan keduanya tidak lagi tinggal diam, melainkan saling meraba, mengelus; bahkan tangan Thomas mulai mengelus-elus bagian depan celana dalam Jenny. Jenny mendesah mendapat perlakuan Thomas dan mengelus-elus penis Thomas dari luar celana dalamnya, lalu dengan suatu tarikan, ia melepaskan pembungkus penis tersebut sehingga penis Thomas terpampang jelas memperlihatkan kondisinya yang sudah terangsang.

Thomas mengarahkan penisnya ke vagina Jenny dan melakukan tekanan berulang-ulang hingga Jenny semakin liar menggeliatkan pinggulnya, apalagi ciuman Thomas pada payudaranya semakin ganas, dengan isapan, remasan tangan dan pilinan lidahnya pada putingnya. Jenny terduduk ke karpet diikuti oleh Thomas yang kemudian meraih tubuh Jenny dan membaringkannya di sofa panjang. Dengan jari-jari membuka celah-celah celana dalam Jenny, mulutnya kemudian menciumi vagina Jenny. Erangan Jenny semakin meninggi berganti dengan rintihan. “Dick, ayo sayang ….. ooooohhhh …. Yahhh, gitu sayang, adddduhhhh … nikmat sekali ….. aaakkkhhhh …. ”

Setelah beberapa saat mengerjai vagina Jenny, Thomas berlutut dekat Jenny dengan kaki kanan bertelekan di lantai, sedangkan kaki kirinya naik ke atas sofa, ia arahkan penisnya ke vagina Jenny dari celah-celah celana dalam Jenny. Lalu perlahan-lahan ia masukkan penisnya ke vagina Jenny dan mulai melakukan tekanan, maju mundur, sehingga penisnya masuk keluar vagina Jenny.

Cerry yang duduk di sebelah kiriku terangsang melihat Thomas dan Jenny, lalu mencium bibirku. Kubalas ciumannya dengan tak kalah hebat sambil mengusap-usap punggungnya yang terbuka. Cerry memegangi kedua rahangku sambil menciumi seluruh wajahku, lidahnya bermain di sana-sini, membuat birahiku semakin naik, apalagi ketika lidahnya turun ke leherku dan dibantu tangannya berusaha membuka kaosku. Kuhentikan gerakannya meskipun ia membantah, “Ayo dong Gus?”

“Tenang sayang …. ” kucium bibirnya sambil menunduk dan dengan tangan kiri menahan lehernya, tangan kananku mengangkat kakinya hingga ia jatuh ke dalam boponganku dan kugendong menuju kamar tidur mereka. Kami tak pedulikan lagi Thomas dan Jenny yang semakin jauh saling merangsang. Kurebahkan tubuhnya di ranjang dan kubuka seluruh pakaianku.

“Cepet banget Gus, udah sampai ke ubun-ubun ya sayang?” tanya menggoda sambil berbaring.

“Udah berapa minggu nich, kangen pada tubuhmu …” jawabku sambil mendekati dirinya.

Kembali kulabuhkan ciuman pada bibirnya sambil jari-jariku mengelus pundaknya yang terbuka sambil membukai kedua tali di pundaknya. Lidahku mencari payudaranya dan mengisap putingnya. Isapan mulutku pada putingnya membuat Cerry mengerang dan menggelinjang, apalagi ketika sesekali kugigit lembut daging payudaranya dan putingnya yang indah, yang sudah tegang.

Mungkin karena pengaruh minuman keras dan tontonan yang disajikan Jenny dan Thomas barusan, kami berdua pun semakin liar saling mencium tubuh yang lain satu sama lain. Pakaian kami sudah terlempar kesana kemari. Ciuman bibir, elusan jari-jari dan bibir, remasan tangan, jilatan lidah menyertai erangan Cerry dan aku. Kami berdua seolah-olah berlomba untuk saling memberikan kepuasan kepada yang lain.

Apalagi ketika Cerry menindih tubuhku dari atas dengan posisi kepala tepat pada pahaku dan mengerjai penisku dengan ganasnya. Vaginanya yang tepat ada di atas wajahku kuciumi dan kujilati, klitorisnya kukait dengan lidah dan kugunakan bibirku untuk mengisap klitoris yang semakin tegang itu. BugilDewasa

Setelah tak tahan lagi, Cerry segera bangkit lalu menungging di depanku. Rupanya ia mau minta aku melakukan doggy style posisi yang sangat ia sukai. Dari ruang keluarga, kudengar rintihan Jenny dan erangan Thomas. Mungkin mereka sudah semakin hebat melakukan persetubuhan.

Kuarahkan penisku ke vagina Cerry. Kugesek-gesekkan kepala penis hingga ia kembali merintih, “Guuussss, jangan permainkan aku! Ayo masukin dong, aku nggak tahan lagi, sayaaaanngg!” pintanya.

Penisku mulai masuk sedikit demi sedikit ke dalam vaginanya. Kupegang pinggulnya dan memaju-mundurkan tubuhnya mengikuti alunan penis masuk keluar vaginanya. Sekitar lima menit kulakukan gerakan begitu, ia belum juga orgasme, begitu pula aku. Kemudian kuraba kedua payudaranya yang menggantung indah dari belakang. Kuremas-remas sambil merapatkan dadaku ke punggungnya. Ia mengerang, mendesah dan merintih.

“Ahhhh ….. sshsshh, ouuughhhh, nikmatnyaaaa …… sayangkuuuuu. ….” Mendengar suaranya dan merasakan geliat tubuhnya di bawah tubuhku, membuatku makin terangsang. Lalu kutarik kedua tangannya ke belakang tubuhnya. Kupegang lengannya dengan sentakan kuat ke arah tubuhku hingga ia mendongakkan kepalanya. TanteSangekBerat

Kedua tangannya berusaha menggapai payudaranya dan meremas-remas payudaranya sendiri. Kami berdua kini dalam posisi bertelekan pada lutut masing-masing, agak berlutut, ia tidak lagi menungging, penisku membenam dalam-dalam ke vaginanya. Rintihan Cerry semakin tinggi dan saat kuhentakkan beberapa kali penisku ke dalam vaginanya, ia menjerit, “Aaaaahhhhhh ….. oooooggghhh …..” Penisku terasa diguyur cairan di dalam.

Aku tak kuat lagi menahan nafsuku dan menyusul dirinya mencapai puncak kenikmatan. Ia lalu menelungkup dengan aku menindih punggungnya yang sesekali masih memaju-mundurkan penisku di dalam vaginanya. Keringat bercucuran di tubuh kami, meskipun pendingan kamar itu cukup dingin ketika kami baru masuk tadi.

Kemudian kami berbaring berpelukan, aku menelentang sedangkan Cerry merebahkan tubuhnya di atasku. Di ruang sana tak terdengar lagi suara Thomas dan Jenny, mungkin mereka juga sudah orgasme. Tanpa sadar, aku tertidur, juga Cerry. Aku terjaga ketika merasakan ciuman pada bibirku. Kubalas ciuman itu, tetapi aromanya berbeda dengan mulut Cerry. Kubuka kelopak mataku, kulihat Jenny masih telanjang membungkuk di atas tubuhku sambil menciumi aku. Mataku terbuka lebar sambil memagut bibirnya memainkan lidahku di dalam mulutnya, ia membalas perlakuanku hingga lidah kami saling berkaitan.

Sedangkan Thomas kulihat mendekati Cerry dan menciumi payudara istrinya. Cerry menggeliat dan membalas ciuman dan pelukan suaminya. Tangannya mengarah ke bagian bawah tubuh Thomas meraih penis suaminya yang sudah melembek. Ia rabai dan kocok penis itu, hingga kuperhatikan mulai bangun kembali.

Jenny yang semula hanya menciumi bibirku dan memainkan lidahnya, menurunkan ciumannya dan mencari dadaku, di sana putingku diciumi dan digigitnya lembut. Lama-lama gigitannya berubah semakin buas, hingga membuatku merintih sakit bercampur nikmat, “Kenapa, sayang? Sakit ya?” tanyanya menghentikan permainannya sambil menatapku. Aku menggelengkan kepala dan memegang kepalanya agar kembali meneruskan ulahnya.

Lidahnya kembali terjulur dan bermain di putingku bergantian kiri dan kanan. Setelah itu, ia turunkan ciumannya ke penisku yang masih ada sisa-sisa sperma dan cairan vagina Cerry. Ia lumat dan masukkan penisku ke dalam mulutnya. Penis yang sudah lembek itu kembali tegang mendapat perlakuan mulutnya.

Tangannya memegang pangkal penisku melakukan gerakan mengocok. Bibirnya dan lidahnya juga bermain di testisku dan “Uuuuhhhh ….” aku mendesah, sebab kini lidahnya menjilati analku tanpa rasa jijik sedikit pun. Setelah itu kembali mulutnya bermain di testisku dan memasukkan kedua testis itu bergantian ke dalam mulutnya. Sedotan mulutnya membuat birahiku kembali muncul. Sementara rintihan Cerry kembali terdengar. Kuintip mereka, Thomas kini menciumi paha istrinya, sama seperti perbuatan Jenny padaku.

Jenny melihat penisku makin tegang, tetapi kemudian ia melangkah ke bufet kecil di samping ranjang. Tak lama kemudian ia kembali ke ranjang sambil memegang dildo berwarna merah di tangannya. Penis buatan itu memiliki tali yang kemudian ia ikatkan ke pinggangnya sehingga kini Jenny terlihat seperti seorang laki-laki, tetapi memiliki payudara.

Thomas masih terus menciumi paha isterinya ketika Jenny memegang rambut Thomas dan meminta Thomas menciumi payudara isterinya, sedangkan penis buatan sudah ia arahkan ke vagina Cerry. Thomas menoleh sekilas ke arah Jenny, tetapi ia tidak menolak dan meremas-remas payudara istrinya sambil menciumi dan memilin putingnya.

Desahan Cerry semakin kuat disertai geliat tubuhnya, apalagi saat dildo Jenny mulai memasuki vaginanya yang kembali basah. Jenny kemudian memaju-mundurkan tubuhnya hingga dildo itu masuk keluar vagina Cerry. Cerry mengerang dan meracau dengan tatapan mata sayu. Kudekati wajahnya dan kupagut bibirnya sambil turut membelai payudaranya membantu suaminya yang masih terus meremas dan menciumi payudaranya.

Beberapa saat dengan posisi itu, membuat Cerry kembali naik birahi. Jenny kemudian membalikkan tubuhnya ke samping sambil memegangi pinggang Cerry agar mengikuti gerakannya. Aku membantu gerakannya dan menggeser tubuh Cerry hingga kini berada di atas tubuh Jenny dengan dildo Jenny yang tetap menancap pada vagina Cerry.

Cerry yang ada di atas Jenny kini, menduduki perut Jenny sambil melakukan gerakan seakan-akan sedang menunggang kuda. Desahan Cerry semakin kuat sebab dildo itu benar-benar masuk hingga pangkalnya ke dalam vaginanya. Jenny tidak banyak bergerak, hanya pasif, tetapi jari-jarinya bermain di sela-sela vagina Cerry merangsang klitoris Cerry. Aku memeluk Cerry dari belakang punggungnya, sedangkan Thomas dari arah depan tubuh Cerry meremas-remas dan sesekali menciumi dan menjilati payudara Cerry.

“Gus, masih ada lubangku yang nganggur, ayo sayangg….. oooohhhh, nikmatnya” desahnya memohon.

Aku menyorong tubuh Cerry agar rebah di atas tubuh Jenny, lalu kusentuh lubang analnya. Kubasahi dengan sedikit ludah bercampur cairan vaginanya sendiri. Lalu setelah cukup pelumas, kumasukkan penisku ke dalam analnya. Kugerakkan penisku maju mundur, sedangkan Cerry dan Jenny saling berciuman, dan Thomas meremas-remas payudara kedua perempuan itu bergantian. Rintihan kedua perempuan itu semakin kuat terdengar.

Mungkin karena merasa tindihan dua tubuh di atasnya agak berat, Jenny agak megap-megap kulihat, sehingga kuajak mereka berdua melakukan gerakan ke samping. Aku kini berbaring terlentang. Penisku yang tegang dipegangi tangan Cerry dan diarahkannya masuk ke dalam analnya sambil merebahkan tubuhnya terlentang di atasku.

Lalu Jenny kembali berada di atas tubuh Cerry memasukkan dildo pada pangkal pahanya ke dalam vagina Cerry. Gerakan Jenny kini aktif, berganti dengan aku yang pasif pada anal Cerry. Tak lama kemudian Cerry orgasme disertai rintihan panjangnya. Kupeluk ia dari bawah, sedangkan bibirnya diciumi oleh Jenny dengan ganasnya. Thomas masih terus meremas-remas payudara kedua perempuan itu. Lalu Jenny mencabut penis buatan dari vagina Cerry dan berbaring di sampingku, sementara Thomas meletakkan tubuhnya di samping Jenny sambil memeluk tubuh Jenny dan mencium bibirnya.

Sekitar sepuluh menit kemudian, Cerry bangun dari atas tubuhku dan membuka tali yang mengikat dildo pada pinggang Jenny.

Diperlakukan seperti tadi, rupanya membuat Cerry juga ingin mencoba apa yang dilakukan oleh Jenny terhadap dirinya. “Mas, Gus, pegangi tangan dan kaki Jenny. Yuk buruan, jangan berikan kesempatan buat dia!” katanya memerintah kami berdua.

Jenny yang masih kecapekan karena mengerjai Cerry tadi mencoba meronta-ronta ketika tanganku memegangi kedua tangannya dan mementangkan lebar-lebar, sedangkan Thomas memegangi kedua telapak kakinya sehingga kedua paha dan kakinya terpentang lebar. “Ah, Tante curang, masak pake pasukan mengeroyok ponakannya …” katanya protes.

“Biarin, abis ponakan nakal kayak gini. Masak Tantenya dihabisi kayak tadi?” gurau Cerry sambil berlutut di antara kedua paha Jenny. Ia lalu menundukkan wajahnya menciumi dan menjilati vagina Jenny. Jenny benar-benar tidak bisa berkutik, meskipun ia menggeliat-geliat, apalah artinya, sebab tangan dan kakinya dipegangi oleh dua lelaki dengan kuatnya. Puas menciumi vagina Jenny, Cerry mengangkangkan pahanya di luar paha Jenny, lalu menujukan dildo pada pahanya ke dalam vagina Jenny.

Setelah dildo tersebut masuk, kedua pahanya bergerak ke arah dalam ke bawah kedua paha Jenny, sehingga kedua paha Jenny semakin rapat mengunci dildo yang sudah masuk dengan mantap ke dalam vaginanya. Sedangkan di bawah, kedua tungkainya mengunci kedua tungkai Jenny. Kini tanpa dipegangi oleh tangan Thomas pun, kaki Cerry sudah mengunci paha dan kaki Jenny dengan ketatnya.

Mulut Cerry mengarah pada payudara Jenny dan melumat habis kedua payudara keponakannya. Sedangkan aku, sambil mementangkan kedua tangan Jenny, mencium bibirnya dan memasukkan lidahku ke dalam mulutnya. Sesekali kuangkat wajahku dan berciuman dengan Cerry.

Erangan Jenny yang tak menduga serangan Tantenya semakin dahsyat, terdengar semakin berubah menjadi rintihan. Apalagi Tantenya semakin cepat menggerakkan dildo ke dalam vaginanya. Beberapa kali ia malah menghentakkan dalam-dalam dildo tersebut ke vagina Jenny.

Mungkin karena sudah sering melihat bagaimana gerakan penis suaminya atau penisku masuk keluar vaginanya, ia pun tergoda untuk melakukan aksi serupa. Cuma sekitar lima menit diserang begitu, Jenny tak kuasa lagi bertahan, ia merintih lirih, “Tante Annnnaaaaa, aku dapet ….. aaahhhhhh …… nikmattt …… sssshhhhh .…… ooouuugghhh ….. aaaakkkhhh.”

Cerry masih terus merojok vagina Jenny, hingga Jenny memaksaku melepaskan kedua tangannya dan menolakkan tubuh Tantenya, “Tante, udah dong, bisa pecah ntar memiawku!! Ahhh … sadis deh Tante!!” katanya. Kami tertawa mendengar kalimatnya, sebab tahu mana mungkin pecah vaginanya dengan alat yang mirip penisku dan penis Thomas. Cerry merebahkan tubuh di samping Jenny seraya mencium bibir Jenny dengan lembut. Keduanya berciuman agak lama dan kembali berbaring terlentang berdampingan. Aku dan Thomas mengambil tempat di samping mereka berdua.

Setelah itu, Cerry memintaku menyetubuhinya dengan posisi ia di atas dan aku berbaring di bawah, kemudian ia minta lagi Jenny untuk memakai penis buatan tadi ke dalam analnya lalu meminta penis suaminya untuk ia lumat habis-habisan. Jenny yang ingin membalas perbuatan Tantenya, tidak menolak.

Dengan cepat diikatkannya tali dildo itu dan menyerang anal Tantenya. Rintihan Cerry kembali terdengar di sela-sela lumatan bibir dan mulutnya pada penis suaminya. Thomas masih mau diperlakukan demikian beberapa kali, tetapi mungkin karena tak tahan melihat ada vagina menganggur, ia kemudian mendekati bagian bawah tubuh kami dan kulihat mengusap-usap pantat Jenny. Lalu ia memasukkan penisnya ke dalam vagina Jenny.

Empat tubuh telanjang berkeringat kini saling bertindihan. Thomas paling atas menyetubuhi Jenny, sementara Jenny dengan dildo-nya mengerjai vagina Cerry, dan aku paling bawah mengerjai anal Cerry dengan penisku yang tegang terus. Sprey ranjang sudah acak-acakan oleh tingkah kami berempat, tapi kami tak peduli lagi pada kerapihan.

Masih dengan napas tersengal-sengal, Jenny membisikkan sesuatu ke telinga Thomas. Thomas yang sudah melepaskan dirinya dari tubuh Jenny, memeluk tubuh istrinya melepaskan analnya dari hunjaman penisku. Jenny kemudian mendekati aku dan berbisik, “Gus, kita kerjai Tante lagi yuk? Sekarang coba masukin penis kalian berdua ke memiawnya, ntar aku bantu dengan dildo pada analnya.”

Wah ide yang unik, pikirku sambil mengangguk. Kemudian kuraih tubuh Cerry, “Ada apa sich Gus, aku masih capek sayang!” Tapi penolakannya tak kuhiraukan. Kutarik tubuhnya rebah menelungkup di atas tubuhku sambil menggenggam penis yang kuarahkan pada vaginanya. Dasar vaginanya masih merekah, dengan mudahnya penisku melesak ke dalam, membuatnya kembali mendesah.

Tak lama kemudian, Thomas mendekati kami dan mengarahkan penisnya ke dalam vagina Cerry. Penisku yang masih berada di dalam vagina Cerry, bergesekan dengan penis Thomas yang mulai menyeruak masuk keluar ke dalam. Mata Cerry yang tadinya sayu mendapat seranganku, membeliak merasakan nikmat akibat dimuati dua penis pada vaginanya. Ia tak kuasa melawan walaupun semula merasa vaginanya begitu padat dimasuki dua penis sekaligus.

Kemudian kulihat Jenny memperbaiki letak dildo yang masih ia kenakan. Lalu dengan hati-hati ia menempatkan dirinya di antar tubuh Thomas dan pantat Cerry. Thomas memberikan ruang gerak padanya dengan mencondongkan tubuhnya ke arah belakang dan menahan berat badannya dengan kedua tangannya, sehingga Jenny bebas memasukkan dildo ke dalam anal Cerry.

Aku dan Thomas menghentikan gerakan dengan tetap membiarkan kedua penis kami berada di dalam vagina Cerry. Begitu dildo Jenny masuk ke dalam analnya, Thomas mulai menggerakkan penisnya lagi, merasakan gerakan itu, aku mengikuti irama mereka berdua. Rintihan Cerry meninggi saat dildo Jenny memasuki analnya bersamaan dengan kedua penis kami. Kututup rintihannya dengan mencium bibir Cerry.

Ia memagut bibirku dengan kuat, bahkan sempat menggigit bibirku dan mengisap lidahku kuat-kuat. Mungkin pengaruh desakan dua penis sekaligus pada vaginanya dan penis buatan pada analnya, membuat Cerry melayang-layang mencapai puncak kenikmatan yang lain dari biasanya.

Ia tidak lagi mengerang atau mendesah, melainkan merintih-rintih dan bahkan sesekali menjerit kuat. “Auuuhhh …. Ooooohhhhh …. gila ….. kalian bertiga benar-benar gila! Uuuukhhhh ….. sssshhhhh ….. aakkkkhhhh …..” rintihnya sambil menggeliat-geliatkan tubuhnya menerima serangkan kami bertiga. Pagutan bibirku menutup rintihannya dengan lilitan lidah yang menjulur memasuki rongga mulutnya.

Jenny merapatkan tubuhnya ke punggung Tantenya dan kedua tangannya bergerak meremas-remas kedua payudara Tantenya. Cerry merintih menikmati serangan di sekujur tubuhnya terutama pada bagian-bagian vitalnya. Entah sudah berapa puluh kali penisku dan penis Thomas bergerak masuk keluar vagina Cerry dan analnya dirojok dildo Jenny.

Sementara kedua tangan Thomas masih menyangga tubuhnya, ia tak bisa berbuat apa-apa walaupun kulihat beberapa kali mencoba meraih punggung Jenny untuk meremas-remas kedua payudaranya dari belakang, tapi posisinya tidak menguntungkan. Ia kemudian memusatkan pikiran pada gerakan penisnya yang semakin cepat kurasakan bergesekan dengan penisku di dalam vagina Cerry yang sudah semakin becek.

Rintihan Cerry semakin tinggi berubah menjadi jeritan. Ia memiawik-mekik nikmat, ketika mencapai orgasme. Thomas menyusul menghentakkan penisnya kuat-kuat ke dalam vagina istrinya, tapi kedua tangan Cerry menahan pantat suaminya, agar tetap melabuhkan penisnya di dalam vaginanya. Ia seakan tidak rela penis kami keluar dari vaginanya, meskipun ia sudah orgasme. Tak lama kemudian, suaminya menyerah, mencabut penisnya.

Aku masih bertahan dan meminta Jenny berbaring dengan Tantenya terlentang di atas tubuhnya dan dildo yang dipakainya ia masukkan ke anal Cerry, sementara aku menancapkan penisku ke vagina Cerry. Meskipun Jenny berada di bawah tubuh Tantenya, tubuh Cerry kupegangi agar tidak membebani Jenny. Kuraih pundaknya agar merapat ke tubuhku. Tangan Cerry bermain di kedua payudara Jenny sambil menikmati hunjaman dildo Jenny pada analnya dan penisku pada vaginanya yang barusan sudah mencapai kenikmatan.

Thomas berbaring di sisi Jenny sambil membantu Cerry membelai dan meremas-remas payudara Jenny dan sesekali mencium bibir Jenny. Tangan Thomas bermain di bagian bawah tubuh Jenny, rupanya ia mengorek-ngorek vagina Jenny, hingga gadis itu tidak hanya menancapkan dildo ke vagina Tantenya, tetapi juga menaiki anak tangga kepuasan oleh permainan tangan Thomas.

Jenny menggeliat-geliat di bawah dengan dildo*-nya menancap dengan dalam pada vagina Cerry, sambil menikmati ulah jari-jari Thomas pada vaginanya. Rintihan Jenny semakin kuat bercampur dengan jeritan Cerry yang kuserang habis-habisan dengan gerakan sekuat-kuatnya dan sedalam-dalamnya membenamkan penisku ke dalam vaginanya. Ia menjerit-jerit seperti waktu penis suaminya bersama penisku masih berada di vaginanya.

Penisku kupegangi dan kutekan kanan kiri merambah, mengeksplorasi dinding vaginanya dan menarik tanganku hingga penisku masuk hingga pangkalnya. Jari-jariku mencari klitorisnya dan membelai-belainya sedemikian rupa hingga ia tak berhenti memiawik.

Sekujur tubuh Cerry bersimbah peluh dan kuperhatikan ada tetesan air keluar dari matanya turun ke pipi. Rupanya saking nikmatnya multiorgasme yang ia rasakan, tanpa terasa air matanya menetes. Tentu saja air mata bahagia. Kukecup kelopak matanya menciumi air matanya dan bibirku turun ke bibirnya, melakukan kecupan yang liar dan panas.

“Ooooooooogggghhhhhhhh ….. Gussssss ……. Uuuhhh ……. Ssssshhhhh …. Jennyaaaa …… nikmatnyaaaaaahhhhhhh …… Aaaahhhhhh!!!” teriakannya terdengar begitu kuat sambil menekankan vaginanya kuat-kuat ke penisku.

Seperti biasanya kalau ia mencapai orgasme yang luar biasa, air seninya ikut muncrat bersamaan dengan cairan vaginanya. Semprotan cairannya membasahi penisku, sela-sela paha Jenny dan sprey di bawah kami. Mulutnya menolak mulutku dan menggigit pundakku hingga terasa giginya menghunjam agak perih di kulitku.

Dari bawah kulihat Jenny juga semakin kuat menekan dildo ke anal Cerry. Jenny pun merintih, “Tanteeeee ….. aku …. juga dapeetttt nicchhhh ….. oooohhh, jari-jarimu lincah benar Oooommmm …..” pujiannya keluar memuji perbuatan Thomas terhadap dirinya. Thomas mencium bibir Jenny dan mengelus-elus payudaranya.

Terakhir, aku menghentakkan penisku sedalam-dalamnya dan sambil mengerang nikmat, muncratlah spermaku memasuki vagina Cerry. Kutarik tubuh Cerry berbaring di atas tubuhku yang berbaring terlentang, sedangkan Jenny memeluk Thomas yang menindih tubuhnya sambil terus berciuman dan memasukkan jari-jarinya sedalam-dalamnya ke dalam vagina Jenny yang pahanya sudah merapat satu sama lain dan menjepit jari-jari dan tangan Thomas dengan kuatnya.

Napas Cerry, Jenny dan aku yang terengah-engah semakin mereda sambil mencari posisi yang enak untuk berbaring. Kuamati payudara kedua perempuan itu sudah merah di sana-sini, akibat ciuman dan gigitan Thomas, aku dan mereka berdua satu sama lain. Pundakku yang perih akibat gigitan Cerry tadi, diciuminya dengan lembut seraya minta maaf, “Gus, maaf ya, jadi kejam gini sama kamu, abis nggak tau lagi sih mau ngapain. Yah udah, pundakmu jadi sasaran mulut dan gigiku.” Kuelus-elus rambutnya sambil berkata, “Tak apa, sayang. Ntar juga cepat sembuh koq, apalagi sudah kau obati dengan ludahmu.”

Setelah itu, kami berempat terbaring nyenyak setelah beberapa jam main tak henti-hentinya. Kami baru bangun ketika matahari sudah naik tinggi dan jarum jam dinding menunjuk pukul 11.00 WIB. Kami mandi berempat di kamar mandi. Bathtub yang biasanya hanya dimuati satu atau dua tubuh orang dewasa, kini menampung tubuh kami berempat yang sambil berciuman, menggosok, meraba dan meremas satu sama lain, tetapi karena tenaga kami sudah terkuras habis, kami tak main lagi pagi itu.

Namun siangnya, usai makan, Jenny sempat memintaku untuk main lagi dengannya. Thomas dan Cerry, sambil tertawa-tawa dan memberi komentar, hanya menonton keponakan mereka main denganku di karpet ruang keluarga mereka. Jenny seolah tak kenal lelah, tidak cukup hanya meminta vaginanya kukerjai, tetapi juga analnya, baik dengan posisi terlentang dengan kedua kakinya kupentang lebar maupun dengan posisi ia menungging dan kutusuk dari belakang.

Jika kuhitung, ada sekitar tiga kali lagi ia orgasme, sementara aku hanya sekali, tetapi untungnya penisku tetap bisa diajak kompromi untuk terus main melayani permintaannya. Tepukan tangan Thomas dan Cerry memuji kekuatan kami berdua mengakhiri persetubuhan kami berdua, lalu Cerry membersihkan penisku yang dilelehi cairan vagina dan anal Jenny serta spermaku, sedangkan Thomas membaringkan tubuh Jenny di sofa panjang dan membersikan vaginanya dengan bibir dan lidahnya. Pelayanan kedua suami istri itu benar-benar luar biasa terhadap keponakannya, Jenny dan aku.

Posting Komentar

0 Komentar